Desa Wisata Krebet, yang terletak di Sendangsari, Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki keunikan dibanding desa-desa wisata lain yang lebih mengandalkan keindahan alam. Desa Wisata Krebet justru terletak di wilayah pegunungan kapur yang tandus. Namun desa ini memiliki potensi yang luar biasa.
Jika datang ke Desa Wisata Krebet, pengunjung akan langsung disambut dengan galeri-galeri di sepanjang jalan kampung yang menjual berbagai hasil kerajinan. Uniknya, kerajinan hasil karya para perajin di Desa Wisata Krebet ini berasal dari media kayu yang dipoles dengan sentuhan motif batik. Tak heran jika Desa Wisata Krebet kemudian dikenal masyarakat luas sebagai sentra kerajinan batik kayu.
Ketua Pengelola Desa Wisata Krebet, Agus Jati Kumara menjelaskan industri kerajinan batik kayu di Krebet sebenarnya sudah mulai dirintis pada tahun 1970-an. Setelah berkembang dan perajinnya terus bertambah, Krebet akhirnya dinobatkan sebagai desa wisata oleh Pemerintah Kabupaten Bantul pada tahun 2002.
Menurut Agus, awalnya produk yang dihasilkan para perajin di Desa Wisata Krebet ini sebatas topeng dan wayang. Namun, para perajin berinovasi dan mampu menghasilkan berbagai macam produk lainnya.
“Produk-produk yang dihasilkan sekarang bervariasi. Selain topeng dan wayang, ada banyak produk lain seperti kotak tisu, tatakan gelas, berbagai macam hiasan, sandal, cinderamata, hingga gantungan kunci. Tapi memang yang paling laris adalah produk fungsional seperti kotak tisu,” ujar pria yang dulu mengenyam pendidikan di Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Produk-produk tersebut dijual dengan harga yang variatif. Yang termurah yakni gantungan kunci dijual dengan harga mulai dari Rp 3 ribu. Sementara harga termahal dijual dengan harga Rp 4 juta untuk produk meja kursi bermotif batik.
Agus menambahkan, setelah Krebet menjadi desa wisata, jumlah perajin terus berkembang. Saat ini, total ada 57 perajin yang tergabung dalam Koperasi Sidokaton.
“Sanggar-sanggar ini mampu menghasilkan omset yang cukup bagus. Memang tiap sanggar jumlahnya beda-beda, mulai dari Rp 20 juta per bulan hingga Rp 70 juta,” imbuh Agus.
Jika rata-rata omset dari semua sanggar yang ada adalah Rp 30 juta, total omset kerajinan batik kayu di Desa Wisata Krebet bisa mencapai lebih dari Rp 1 miliar per bulan.
Selain menghasilkan omset yang cukup besar, para pemilik sanggar juga turut membantu meningkatkan taraf hidup dan perekonomian masyarakat sekitar. Sebab, rata-rata pemilik sanggar akan mempekerjakan warga sekitar dalam pembuatan kerajinan batik kayu ini.
“Hadirnya sanggar-sanggar di Desa Wisata Krebet ini memang sangat membantu masyarakat sekitar. Bahkan angka pengangguran di sini nol persen. Hal itu dibuktikan saat UNESCO datang ke sini,” pungkasnya.
One thought on “Mengenal Desa Wisata Krebet, Sentra Kerajinan Batik Kayu Beromset Ratusan Juta Rupiah”
Comments are closed.