Diponegoro adalah Pahlawan Nasional yang gagah berani melawan kedzaliman penjajahan Belanda dengan Perang Jawa. Perang ini merupakan perang besar yang hampir membawa kebangkrutan ekonomi Belanda. Menurut catatan dalam buku De Java Orlog karya Van De Clerk yang mencatat perjalanan Perang Jawa dan dari catatan Babad Diponegoro yang ditulis Kembali oleh Sejarahwan Pieter Carey menyatakan bahwa, wilayah Selarong dan sekitarnya menjadi basis markas besar Diponegoro dalam menyusun strategi perang.
Gunung Mijil merupakan tempat perang pertama Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi bersama 1500 tentara rakyat melawan penjajah Belanda yang akhirnya dapat memukul mundur dan memenangkan pertempuran walau hanya dengan alat perang tradisional bambu runcing dan bandil. Perang ini menjadi pemicu utama Perang Jawa pada tahun 1825-1830 yang membuktikan bahwa rakyat memiliki kesatuan tekad untuk bersatu padu melawan Penjajahan Belanda dengan gagah berani.
Peristiwa perang besar di Gunung Mijil ini walau memberikan kemenangan tetapi juga membawa korban rakyat yang banyak terutama para pejuang Wanita yang menyamar menjadi laskar rakyat layaknya pria. Sebagai bentuk penghormatan perjuangan mulia ini, Gunung Mijil dijadikan obyek wisata sejarah dan budaya berkaitan dengan Perjuangan Diponegoro dan budaya tradisi Jawa.